“The power of Ibu-ibu”, kita pasti sering mendengar slogan ini, betul? Jangan remehkan kekuatan seorang ibu yang sedang memperjuangkan hak keluarga dan anaknya, termasuk dalam hal ini tiga orang pendiri Bicara Udara, yang semuanya memiliki anak usia balita. Mereka mempunyai concern mendalam terhadap dampak buruk polusi udara terhadap tumbuh-kembang anak, hingga dalam usaha mereka mengajak lebih banyak orang untuk semakin tersadar akan ini, menjalankan aktivitas-aktivitas kampanye udara bersih melalui Bicara Udara.
Sebagai konteks, serangkaian penelitian yang dirilis mengenai efek polusi terhadap ibu hamil, janin, dan bayi hingga anak-anak, antara lain:
- “Association Between Ambient Air Pollution and Birth Weight by Maternal Individual and Neighborhood-Level Stressors”, JAMA Network Open, Oktober 2022.
- “Maternal exposure to ambient black carbon particles and their presence in maternal and fetal circulation and organs: an analysis of two independent population-based observational studies”, Lancet Planetary Health, Oktober 2022.
- “Safe in the womb? Effects of air pollution to the unborn child and neonates”, Jornal de Pediatria, November 2021.
Bahkan, pada tahun 2022 lebih dari 200 ribu bayi prematur di Uni Eropa meninggal lebih cepat dari yang diperkirakan akibat paparan polutan udara yang tinggi, berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dan European Environmental Agency (EEA) November 2022 lalu. Riset lainnya yang dikeluarkan oleh Health Effects Institute (HEI) menyebutkan pula bahwa polusi udara berada pada urutan keempat penyebab kematian dini terutama bagi anak-anak dan bayi, di bawah merokok dan pola makan yang buruk.
Namun sejak jauh sebelumnya, banyak ibu yang telah memulai kampanye untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah karena tidak dapat memenuhi hak warga akan udara bersih dan akhirnya membahayakan kesehatan keluarga. Berikut tiga cerita yang menjadi viral, karena mereka juga berhasil mengumpulkan banyak dukungan:
1. Rosamund Kissi-Debrah, ibu dari Ella Kissi-Debrah (Inggris)
“Melihat anak Anda menderita dan Anda tidak bisa melakukan apa-apa, sangatlah mengerikan. Sebelum ini terjadi pada putri saya, saya tidak mengetahui efek polusi udara,” ucap Rosamund ketika diwawancarai oleh salah satu media nasional Inggris.
Ella Kissi-Debrah, putri dari Rosamund Kissi-Debrah meninggal pada tahun 2013 dan disebabkan oleh polusi udara. Setelah ditinjau lebih lanjut, serangan asma yang dialami Ella banyak disebabkan oleh polusi udara yang meningkat ketika musim dingin. Hal ini diperburuk dengan tempat tinggal keluarganya yang dekat dengan lalu lintas di London Tenggara, sehingga kadar polusi yang dihirup Ella semakin tinggi.
Setelah mendapatkan bukti bahwa Ella meninggal akibat polusi udara, Rosamund akhirnya membawa kasus ini ke pengadilan, namun tidak berbuah baik. Pemerintah London setempat sempat ditanyai mengenai transparansi risiko bagi mereka yang tinggal di dekat jalur lalu lintas, hingga hal-hal apa saja yang sudah dilakukan untuk mengurangi polusi udara di jalur tersebut. Namun, pemerintah yang bertanggung jawab memilih untuk bungkam. Meskipun Rosamund tidak menang dalam kasus ini, ia tetap berusaha menyuarakan pencegahan bagi anak-anak lain agar tidak mengalami hal yang sama dengan Ella, salah satunya dengan membentuk yayasan amal pada tahun 2014 bernama The Ella Roberta Foundation.
2. Chiara, ibu dari anak laki-laki berusia 6 tahun, Itali, yang bergabung ke dalam EU Air Pollution Fight
“Saya merasa seperti meracuni dia setiap pagi, karena rumah kami berada di daerah yang sangat padat–begitu juga kamar anak saya,” ucap Chiara, seorang ibu dari anak laki-laki usia 6 tahun yang mengidap penyakit paru-paru.
November 2022 lalu, Chiara menggugat pemerintah daerah karena gagal melindungi putranya dari polusi yang beracun. Melihat tidak ada tindakan yang pemerintah daerahnya ambil, Chiara memutuskan untuk bergabung dengan orang tua lainnya di seluruh Eropa dalam European Union Air Pollution Fight. Ini adalah sebuah aksi memperjuangkan perlindungan anak-anak dari tingkat polusi udara yang berbahaya, yang harus ditangani secara hukum. Salah satu alasan mengapa Chiara dan banyak orang tua lainnya melakukan ini adalah kegagalan pemerintah dalam menjaga hak dasar untuk menghirup udara bersih dan sehat, terutama bagi anak-anak.
Chiara tinggal di Turin, Italia, sebuah kota yang memiliki polusi tergolong tinggi di Italia. “Saya mengambil tindakan hukum ini untuk putra saya, untuk saya dan untuk semua orang lainnya, yang tidak selalu menyadari masalah besar ini. Saya tidak ingin anak-anak lain harus melalui apa yang terjadi pada anak saya,” ungkap Chiara sembari menuntut pengadilan agar pemerintah wilayah Turin mengambil tindakan dalam mengurangi tingkat polusi secara ilegal secepat mungkin.
3. Gugatan Pertama untuk Masalah Iklim kepada Pemerintah Perancis dari Ibu dan Anak ini
Pemerintah Perancis mendapatkan gugatan pertama kali atas pencemaran udara dari seorang ibu dan anak perempuan atas kerugian kesehatan yang buruk karena polusi udara. Ibu dan putri ini meminta ganti rugi sebesar 160.000 euro dari negara bagian di pengadilan administrasi timur Paris, dengan dasar bahwa pihak berwenang belum mengambil tindakan efektif terhadap polusi di atmosfer, terutama selama Desember 2016 di Paris.
Keduanya mengalami masalah pernapasan yang meningkat, terutama ketika polusi sedang tinggi-tingginya. Sang ibu harus cuti kerja karena gangguan pernapasan, sedangkan putrinya mengalami krisis asma. Pada akhirnya, ibu dan anak ini memenangkan gugatan dan pindah ke kota New Orleans atas saran dokter, yang berujung pada peningkatan kesehatan mereka secara pesat.
Di Indonesia sendiri, gugatan masyarakat bagi pemerintah DKI Jakarta akan pengendalian polusi udara sendiri masih dalam tahap pembentukan draft. Di Bicara Udara, kami selalu mengawal perkembangan rencana pengendalian tersebut, baik melalui advokasi maupun aksi nyata. Kami meluncurkan film “Sengal”, sebuah dokumenter mengenai ganasnya polusi udara yang berujung pada penyakit berkepanjangan dan kematian, sebagai salah satu upaya peningkatan kesadaran masyarakat. Apabila tertarik, kamu bisa menonton film “Sengal” di kanal YouTube sengalfilm.com, dan jangan lupa follow instagram kami @bicaraudara untuk update terkini mengenai polusi udara.