Kondisi kualitas udara di pagi hari lebih baik dibanding siang hingga malam hari. Pernyataan tersebut merupakan hal yang diyakini masyarakat sejak dulu hingga saat ini dengan asumsi bahwa penggunaan kendaraan bermotor lebih sedikit sehingga udara masih bersih dan bebas dari polusi udara. Oleh karena itu, pagi hari dijadikan masyarakat sebagai waktu yang tepat untuk berolahraga di luar ruangan dan dapat membuat badan menjadi cukup sehat. Menurut Piotr Jakubowski, Co-Founder dan Chief Growth Officer NAFAS, menyebut hal tersebut merupakan mitos yang beredar di masyarakat, terutama masyarakat sekitar Jabodetabek.
Pada Webinar Peluncuran Air Quality Life Index Indonesia 2021 Report dan Media Briefing “Krisis Udara Bersih, Kita Harus Apa?” yang diadakan oleh Komunitas Bicara Udara dan Nafas Indonesia yang berkolaborasi dengan AQLI, Piotr menyebutkan bahwa “Berdasarkan hasil riset Nafas Indonesia pada tahun 2021 menunjukkan Jabodetabek memiliki indeks kualitas udara (AQI) yang cukup tinggi sekitar 100-160 di pagi hari dengan range waktu 04.00 s.d. 09.00, dengan kode jingga hingga merah yang menunjukkan bahwa kualitas udara daerah tersebut dapat disebut tidak baik. Faktanya, angka tersebut merupakan angka polusi PM2,5 yang merupakan jenis polusi yang tidak dapat diterima oleh tubuh manusia. Padahal, batas aman polusi PM2,5 menurut WHO (World Health Organization) adalah 26 μg/m3.
Masyarakat masih awam akan informasi tersebut sehingga masih beranggapan bahwa udara pagi merupakan udara yang sejuk tanpa polusi udara sehingga cocok digunakan untuk berolahraga di luar ruangan, ditambah lagi dengan anjuran untuk berolahraga dan berjemur sebelum pukul 9/10 karena cahaya matahari yang aman untuk tubuh. Padahal, terdapat studi dari Seoul National University menyatakan bahwa terjadi peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 33% untuk umur 30-45 tahun apabila melakukan olahraga secara rutin dengan kondisi udara yang tercemar. Kualitas udara berada dalam kondisi terbaik saat siang bolong yaitu sekitar pukul 14.00 dan saat terjadi hujan. Tetapi hujan tidaklah efektif dalam membersihkan udara, hanya saja dapat menurunkan polusi sebesar 8,71%, berbeda dengan angin yang dapat menurunkan polusi jauh lebih besar yaitu 66%.
Olahraga di luar ruangan lebih baik dibanding di dalam ruangan apabila dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor pendukungnya, seperti kondisi sekitar saat olahraga. Dengan mengganti jam olahraga di sore hari mungkin dapat menjadi solusi, tentunya penting untuk memeriksa terlebih dahulu bagaimana kualitas udara di sekitar lokasi. Dengan beredarnya persepsi yang salah membuktikan bahwa pentingnya peningkatan edukasi masyarakat tentang kualitas udara di sekitar agar kepedulian akan masalah polusi udara yang cukup serius dapat segera diatasi.