Logo Bicara Udara

Polusi Udara Jadi Tantangan bagi Penyintas Penyakit Berat

Jakarta, Beritasatu.com – Polusi udara memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan masyarakat, terutama bagi mereka yang menderita penyakit pernapasan seperti asma. Dampak ini dirasakan salah satunya oleh Anita Sabidi, seorang ibu dari dua anak dan penyandang diabetes tipe satu.

Anita telah mengalami tantangan cukup berat akibat polusi udara dan asma yang dideritanya. “Beberapa bulan terakhir ini asma saya kambuh karena kualitas udara. Delapan minggu saya batuk-batuk, sesak napas tiap malam tuh hampir tidak bisa tidur karena tiap kali berbaring pasti susah napasnya,” ujar Anita dikutip dari video yang diunggah akun Youtube Bicara Udara, Jumat (21/7/2023).

Sebagai penyandang diabetes tipe satu sejak remaja, Anita telah belajar hidup dengan penyakit kronis tersebut. Namun, keadaannya semakin rumit ketika ia juga didiagnosis menderita kardiomiopati dan asma selama masa kuliahnya. Anita mengatakan, tantangan yang dihadapinya ketika polusi udara sedang tinggi sangatlah berat.

“Kalau keluar rumah saya pun bawa kaleng oksigen karena terdapat risiko serangan asma kapanpun seperti itu kondisinya. Kebayang kan kalau misalnya dalam waktu berminggu-minggu, berbulan bulan saya bahkan enggak bisa tidur. Jadi ada sampai 2-3 hari saya enggak bisa tidur sama sekali dan karena saya ada kondisi diabetes,” imbuhnya.

Anita mengungkapkan, sulit bernapas bukan hanya memengaruhi kenyamanan hidupnya, tetapi juga mengancam nyawa. Ketika asmanya kambuh akibat polusi udara, kondisinya menjadi sangat buruk. Kendati demikian, untuk melindungi keluarganya, Anita mengambil beberapa langkah pencegahan untuk mengatasi dampak polusi udara.

“Pokoknya kita memastikan memang udaranya cukup aman supaya tanpa kita keluar rumah pun udaranya aman kita hirup. Kemudian kalau keluar rumah pun kita cek dulu kualitas udaranya dan tetap harus pakai masker,” ucapnya.

Karena itu, Anita berharap pemerintah dapat mengambil langkah-langkah nyata dalam meningkatkan kualitas udara. Baginya, bernapas adalah hak hidup yang harus dijaga. Meskipun tidak terlihat secara langsung, dampak polusi udara berdampak buruk secara bertahap pada kesehatan dan harapan hidup masyarakat.

Let’s speak up your voice louder, jadi enggak cuma kelompok rentan aja jadi mungkin juga dari masyarakat, juga dari NGO dari tenaga kesehatan kita bulatkan suara kita untuk menyuarakan perbaikan kualitas udara di sekitar kita,” pungkasnya.

 

Sumber: Berita Satu