Polusi Udara Semakin Parah! Jurnalis Ikuti Kelas Edukasi Kualitas Udara

Jakarta 21 Juli 2022 – Bicara Udara, organisasi non profit yang bergerak di bidang advokasi untuk meningkatkan kesadaran atas kualitas udara. mengajak mahasiswa dari seluruh universitas di Indonesia untuk memahami isu udara bersih dan aktif menyuarakan pendapat akan hak atas udara bersih bagi masyarakat sekitar melalui program Biru Voices.

Rangkaian kegiatan Biru Voices salah satunya adalah Journalist Class dimana Bicara Udara yang bekerjasama dengan Mavgood mengajak para jurnalis dari berbagai media untuk memahami isu udara bersih dengan tema “Memahami Penyebab Kualitas Udara Buruk di Jabodetabek Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Hidup” yang diselenggarakan di Artotel Thamrin. Dihadiri oleh para jurnalis dari berbagai media. Para jurnalis dibekali informasi terkait beberapa fakta menarik diantaranya fakta polusi udara Jakarta dan salah kaprah masyarakat terhadap kualitas udara. 

Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas
Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas

Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas mengatakan emisi kendaraan bermotor bukan menjadi satu-satunya penyebab polusi tinggi di Jakarta. Tetapi sumber energi dan industri pun turut berkontribusi di sejumlah daerah penyangga.

“Jadi selain transportasi biasanya dari sumber energi dan industri. Untuk wilayah seperti Jakarta masalah utamanya kaitannya dengan transportasi kalau macet terutama. Wilayah sekitar Jakarta, kota penyangga itu ada kawasan industri dan pembangkit listrik itu merupakan bagian yang berkontribusi (pada polusi),” kata Alberth.

Alberth mengungkapkan bahwa kontribusi polusi udara pada wilayah urban ada tiga, yakni transportasi, industri, dan energi. Pasalnya ketiga bidang tersebut mengkonsumsi bahan bakar penyebab polusi.

Co-Founder Nafas Piotr Jakubowski

Co-Founder Nafas Piotr Jakubowski juga turut menyampaikan beberapa mitos dan salah kaprah masyarakat terhadap polusi udara. Menurut penelitian Nafas Indonesia menunjukan bahwa 75 persen orang berasumsi bahwa pagi hari merupakan waktu olahraga yang baik. Kondisi ini karena udara pagi diyakini lebih sehat ketimbang siang dan sore. 

Mispersepsi ini terjadi karena masyarakat menganggap bahwa udara sejuk, kondisi lalu lintas sepi di pagi hari adalah minim polusi. Namun nyatanya polusi udara paling tinggi kerap kali terjadi di pagi hari. Hal ini berkaitan dengan kondisi atmosfer dan berbagai hal yang terjadi di kota urban. 

Menurut data Nafas Indonesia, waktu yang ideal untuk melakukan olahraga mulai pukul 14.00 hingga 17.00 WIB. lebih lanjut Piotr menuturkan, bahwa kualitas udara mengalami perbaikan mulai jam 11 siang hingga mengalami puncaknya di jam 3 sore.

“Kita bukan ingin menyuruh orang berhenti melakukan gaya hidup sehat, justru data ini agar orang memahami pentingnya kualitas udara sehingga dia bisa memilih kapan waktu terbaik berolahraga,” sambung Piotr.

Acara Journalist Class pada bulan Juli 2022 di Artotel Thamrin

Diketahui sepanjang bulan Juni lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis kondisi udara di Jakarta dan sekitarnya tidak sehat, dengan konsentrasi PM2.5. PM2.5 merupakan ancaman terbesar kesehatan global. Hal ini dikarenakan, PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer).Artinya lebih kecil dari sel darah merah, tidak bisa disaring oleh tubuh manusia, serta mampu memasuki sistem peredaran darah.