JAKARTA – Jakarta sering dinobatkan sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia. Pembakaran sampah oleh masyarakat merupakan penyumbang utama polusi tipe hyperlocal. Pada bulan Ramadan, debit sampah diprediksi meningkat karena perubahan pola konsumsi masyarakat dan penurunan layanan pengangkutan sampah. Ini dapat meningkatkan pembakaran sampah, seperti yang diindikasikan oleh survei BPS pada 2022, di mana 65,54 persen dari 75 ribu rumah tangga mengaku membakar sampah mereka.
Berangkat dari masalah tersebut, Bicara Udara, sebuah Lembaga Non-Profit yang aktif melakukan edukasi publik, riset dan kolaborasi, serta audiensi dan advokasi pada pemerintah mengenai isu polusi udara; bekerja sama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merilis Modul Polusi Udara dan Stunting, sebagai pedoman dan pegangan para ibu dan muslimah muda, dalam menyuarakan pentingnya strategi pengendalian pencemaran udara yang lebih tepat.
Primadita Rahma, Community Specialist Bicara Udara mengatakan, pihaknya meluncurkan modul Polusi Udara dan Stunting sebagai bagian dari edukasi publik untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau yang akan berimbas pada kualitas udara yang memburuk lagi.
“Kami berterima kasih atas dukungan Kementerian BUMN, serta bantuan dari rekan-rekan kolaborator yang membantu terselenggaranya acara ini, kami berharap modul ini dapat disebarluaskan agar masyarakat bisa waspada akan berbagai risiko penyakit respirasi akibat polusi udara,” ucap Prima pada saat peluncuran modul dalam acara “Forum Ibu Muslim Muda: Ramadan Sayang Bumi: Ibu Peduli, Bersama Usir Polusi” yang digelar di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin 25 Maret.
Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri BUMN Tsamara Amany menyampaikan, Kementerian BUMN ingin menekankan pentingnya kesehatan ibu dan hubungannya dengan lingkungan, khususnya kualitas udara. Kesehatan ibu merupakan aspek krusial yang tidak hanya mempengaruhi generasi saat ini tetapi juga generasi yang akan datang. Ini juga merupakan Komitmen Menteri Erick Thohir untuk mendukung kesejahteraan perempuan dan anak.
“Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa janin sangat rentan terhadap kontaminan lingkungan, dengan hasil kehamilan terburuk meliputi keguguran, kelahiran prematur, dan kematian neonatal (kematian bayi baru lahir),” imbuhnya.
Tsamara mengatakan bahwa perempuan, khususnya ibu, memainkan peran penting dalam kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak polusi dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi paparan. Ini termasuk mendukung kebijakan yang mengurangi polusi udara, mendorong praktik yang ramah lingkungan di rumah dan di tempat kerja, serta berpartisipasi dalam inisiatif penghijauan.
“Pak Erick Thohir selaku Menteri BUMN telah menerbitkan aturan kewajiban daycare yang tidak hanya mendukung ibu bekerja dalam menjalankan peran ganda mereka tetapi juga memastikan lingkungan yang sehat dan aman untuk anak-anak mereka. Ini mencerminkan kesadaran kami akan pentingnya kesehatan dan lingkungan yang baik sebagai dasar dari kesejahteraan sosial dan ekonomi,” pungkasnya.